Ditulis Oleh: Merry Lina Mogendo, S.Pd.
“Aku bangga dengan Ayah yang selalu membantuku dengan senang hati.”
Hari Minggu ini udara cerah sekali. Kubuka jendela kamarku, tampak matahari bersinar terang. Jam dinding sudah menunjukan pukul 08.00 pagi. Rupanya aku bangun kesiangan hari ini.
“Rian, kamu sudah bangun?” tanya Ayah.
“Sudah, Ayah …” jawabku.
“Kenapa kesiangan bangunnya? Pukul berapa semalam kamu tidur?” tanya Ayah lagi.
“Pukul 23.30,” sahutku.
“Malam sekali,” kata Ayah.
“Iya, Ayah. Tadi malam aku membuat layanglayang di kamar. Hingga larut malam, aku baru tidur,” jelasku.
“Layang-layang untuk apa?” tanya Ayah.
“Besok aku mau ikut perlombaan layang-layang di lapangan dekat kelurahan, tapi harus berpasangan dengan orang tua, Ayah mau menemaniku tidak?” ujar Rian.
“Oh … tentu dengan senang hati Ayah akan menemanimu. Nanti Ayah
bantu buatkan layanglayangnya,” sahut Ayah.
“Terima kasih Ayah. Aku senang sekali dibantu Ayah,” ucap Rian senang.
“Cepat mandi! Setelah itu kita pergi ke toko penjual cat,” pinta Ayah.
“Baik, Ayah,” kataku. Setelah makan siang. Aku dan Ayah mulai membuat layang-layang di depan rumah. Ayah semangat sekali membantuku.
“Rian, ini layang-layangnya sudah jadi,” kata Ayah.
“Wah … bagus sekali layang-layang buatan Ayah!” ucapku.
“Besok Ayah siap menemani kamu lomba. Doa Ayah semoga kamu menjadi juara!” harap Ayah.
“Amin … terima kasih Ayah. Aku sayang Ayah,” ucapku sambil memeluk Ayah. ***